Sejumlah relawan mengeluh biaya besar yang dipatok oleh ‘Harlan’ dan pemilik boat penyeberangan di Kuta Blang Bireuen. Harga yang dipatok dinilai sangat mencekik leher serta lebih mahal dari bantuan yang diantar.
Pemerintah Kabupaten Bireuen dan aparat keamanan dinilai tutup mata terhadap kondisi tersebut.
Hal ini diungkapkan sejumlah relawan banjir dan longsor Aceh kepada wartawan, Rabu 10 Desember 2025.
“Mahal sekali bang. Tidak sanggup kami. Itu lebih mahal dari bantuan yang kami bawa dari Banda Aceh,” ujar Surya Darma, 22 tahun, salah seorang relawan banjir dan longsor.
Kata Surya, dirinya membawa bantuan yang berisi mie instan, beres serta pakaian untuk pengungsi di Geurugok Bireuen dan Aceh Utara. Bantuan yang dibawa sebanyak satu mobil pick up dari Banda Aceh pada Senin 8 Desember 2025.
Sesampai di Kuta Blang, kata Surya, harus naik boat penyeberangan. Ini merupakan satu satunya jalur alternatif pasca robohnya jembatan Kuta Blang.
“Jadi untuk menyeberang, selain biaya boat. Ada ongkos harlannya atau istilahnya tukang angkut. Gak boleh angkat sendiri barang dari mobil pick up ke boat. Setelah nego, biaya harlan dari sisi kanan jembatan itu 600 ribu untuk bantuan tadi. Kemudian biaya ongkos boat untuk bantuan 400 ribu sekali seberang. Sedangkan biaya harlan sisi kiri jembatan 300 ribu. Total kami habiskan Rp1,4 juta,” kata Surya.
“Harga ini sangat besar. Kami bergerak membantu korban banjir atas nama kemanusiaan dan tidak ada alokasi uang besar seperti itu. Ini benar-benar mencekik,” ujar Nurul Fajri, relawan lainnya.
“Ongkosnya sangat mahal. Padahal jaraknya cuma sekitar 150 meter.”
“Sayang sekali, di tengah musibah seperti ini ada prilaku seperti itu,” ujarnya lagi.
Kasus patok harga penyeberangan yang mencekik leher plus ‘hak reman’ para ‘harlan’ di Kuta Blang, Bireuen, ternyata sudah jadi isu umum sejak musibah bencana alam terjadi di Aceh.
Sejumlah relawan mengaku juga pernah dipatok hingga Rp3 juta hanya untuk mengantar bantuan melewati sungai Kuta Blang, kabupaten Bireuen, yang hanya berjarak sekitar 150 meter.
“Ini benar bang. Kami sempat kesal dan mau viralkan. Namun mengingat bencana, kami tutup-tutupi,” ujar Muhammad Adam, salah seorang warga Bireuen, yang sempat mengantar bantuan ke Aceh Timur via Kuta Blang, Rabu 10 Desember 2025.
“Kalau biaya boat sekitar 400-500 ribu sekali seberang. Tapi ini ditambah biaya harlan lagi yang masing-masing beda antara sebelah kiri dan kanan jembatan. Jumlahnya melebihi biaya naik boat sendiru,” kata Adam.
“Kemarin kami kena patok Rp3 juta untuk sekali seberang. Itu biaya harlan plus naik boatnya. Sama seperti pengakuan relawan lain, kami gak bisa angkut sendiri bantuan ke boat. Harus harlan yang menaiki dan menurunkan bantuan.”
Yuslinda, 34 tahun, warga Bireuen lainnya menambahkan, harga tersebut tak mengenal putra daerah maupun relawan yang mengantar bantuan untuk saudara yang tertimpa musibah.
“Gak mau tahu mereka. Ini kadang yang mencekik leher,” ujar Yuslinda.
“Pemkab sudah dilaporkan berulang kali. Tapi kayaknya gak ada aksi apa-apa,” ujar Yuslinda. (AtjehWatch)
#bantuan #bencana #KutaBlang #Bireuen #Aceh #harlan #boat

